Minggu, 15 Januari 2012

Geografi


A.    Potensi Alam
Sumber daya alam adalah semua kekayaan berupa benda mati maupun benda hidup yang berada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pengertian sumber daya alam ditentukan berdasarkan kegunaannya bagi manusia. Oleh karena itu, nilai sumber daya alam juga ditentukan oleh nilai kemanfaatannya bagi manusia. Contoh, lahan yang subur dapat dijadikan daerah pertanian potensial sehingga merupakan sumber daya alam yang tinggi nilainya.
            Manusia atau penduduk merupakan sumber daya bagi negaranya. Manusia dapat memberikan manfaat bagi Negara, seperti sebagai tenaga kerja, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, pelaku ekonomi negara, dan sebagainya. Sumber daya manusia ini penting dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada.
Alam memiliki kemampuan untuk memberikan kehidupan bagi penduduk dunia. Kemampuan (potensi) yang ada pada alam untuk memenuhi kebutuhan manusia berupa sumber daya yang lazim kita sebut sebagai sumber daya alam atau natural resources. Bumi dengan segala isi yang terkandung di dalamnya disebut pula dengan alam dunia. Bila kita memperhatikan, alam dunia dapat dikelompokkan ke dalam lima bagian, yaitu:
·         Atmosfer
·         Hidrosfer
·         Litosfer
·         Biosfer
·         Antroposfer
Kesemuanya memiliki potensi yang saling berkait dalam mendukung kehidupan penduduk dunia yang terus bertambah. Potensi alam dunia yang tersedia, jumlahnya amat banyak dan beraneka ragam. Mineral, energi, tumbuhan, binatang, udara, iklim, air, bentang alam berupa daratan, pegunungan, bahkan gurun pun memiliki potensi untuk mendukung kehidupan penduduk dunia asalkan manusia mampu memanfaatkannya dengan baik.
            Penyebaran potensi alam yang berupa sumber daya alam, tidak merata di seluruh dunia. Ada wilayah di bumi yang banyak memiliki sumber daya alam, ada pula yang hampir tidak memilikinya. Bagian bumi yang kaya akan potensi sumber daya alam akan lebih mendukung kehidupan penduduk di belahan bumi tersebut. Bagian bumi yang potensi sumber daya alamnya sedikit, dukungan terhadap kehidupan penduduknya pun terbatas.
B.     Pemanfaatan, dan Usaha Pelestarian Kekayaan Alam
Kekayaan alam adalah semua kekayaan alam baik berupa benda mati maupun makhluk hidup yang telah disediakan oleh alam yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia. Untuk memanfaatkan kekayaan alam tersebut diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu mengolah dan mempertahankan kelestarian lingkungan alam. Kekayaan alam atau disebut dengan sumber daya alam (natural resources) dapat digolongkan atas dua bagian, yaitu sumber daya alam yang dapat diperbaharui, dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
a.       Sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources)
Sumber daya alam yang dapat diperbaharui adalah sumber daya atau energi yang terdapat di alam yang dapat digunakan secara terus-menerus tanpa habis. Sumber daya ala mini mempunyai kemampuan untuk memperbanyak diri atau bertambah. Contoh sumber daya alam tersebut adalah hutan, tumbuhan, tanah, udara, air, dan matahari.

b.      Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources)
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui adalah sumber daya atau energy yang apabila dimanfaatkan secara terus-menerus, lama-kelamaan akan semakin habis. Oleh karena itu, dalam memanfaatkan perlu diperhatikan waktu dan kondisi. Contohnya saja adalah batu  bara, minyak bumi, gas alam, besi, timah, emas, perak, bauksit, mika, nikel, mangan, dan intan.
            Ada dua macam pengelolaan sumber daya alam, yaitu:
           
a.       Pengelolaan sumber daya alam berdasarkan prinsip mengurangi
Guna memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan berbagai sumber daya alam. Baik sumber alam yang bersifat hasil tambang, energi, maupun hayati. Dalam mengambil sumber daya alam jangan diambil semuanya (dihabiskan), tetapi berprinsip mengurangi saja. Pengambilan yang dihabiskan akan merusak lingkungan dan mengganggu ekosistem lingkungan.
Sumber daya alam mempunyai sifat saling bergantung satu sama lain. Dengan demikian, suatu tindakan terhadap suatu sumber daya alam, efeknya akan terasa pada sumber daya alam yang lain. Rusaknya hutan akan mempengaruhi ekosistem, sehingga dapat menyebabkan terjadinya erosi, banjir, kekeringan, dan sebagainya.

b.      Pengelolaan sumber daya alam berdasarkan prinsip daur ulang.
Dengan teknologi yang maju, manusia dapat memanfaatkan sampah untuk dijadikan kertas ataupun pupuk organis. Proses daur ulang adalah pengelolaan kembali suatu massa atau bahan-bahan bekas dalam bentuk sampah kering yang tidak mempunyai nilai ekonomi menjadi suatu barang yang berharga dan berguna bagi kehidupan manusia. Bahan-bahan bekas tersebut, antara lain, plastic, kertas, karton, kardus, seng, logam, alumunium, dan sebagainya.

C.     Kerusakan Sumber Daya Alam

Ketersediaan sumber daya alam di permukaan bumi sangat beragam dan penyebarannya tidak merata. Ada sumber daya alam yang melimpah ruah dan adapula yang jumlahnya terbatas atau sangat sedikit. Bahkan, ada yang sekali habis akan habis.
Bila terjadi ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dan persediaan sumber daya alam, maka lingkungan hidup bisa berubah. Perubahan, sebagai akibat kegiatan manusia dan hasilnya bisa baik, bisa juga buruk. Contoh perubahan lingkungan ke arah yang buruk adalah pencemaran lingkungan (pencemaran udara, air, dan tanah), pembukaan hutan, dan permasalahan di bidang sosial. Umumnya, kerusakan sumber daya alam diakibatkan oleh pengelolaan tanpa perhitungan. Bentuk-bentuk kerusakan sumber daya alam di Indonesia antara lain, yaitu:
·         Pertanian dan Perikanan
·         Teknologi dan Industri
·         Banjir
·         Gunung Meletus
·         Gempa Bumi
·         Angin Topan
·         Musim Kemarau

D.    Pengembangan Teknologi

Perkembangan teknologi yang pesat mempercepat dan mempermudah manusia dalam mengolah alam (lingkungan hidup). Hanya saja dalam penggunaan teknologi harus tepat dan sesuai dengan keadaan suatu daerah. Pemanfaatan teknologi yang tidak tepat dan tidak sesuai dapat mengubah lingkungan menjadi buruk.
Dalam hubungannya dengan pangan, maka manusia sekarang ini cenderung menggunakan teknologi canggih untuk mengolah makanan siap saji (instant). Teknologi kadang membuat manusia menjadi malas-malasan. Kita tahu sendiri, dulu kala manusia masih menggunakan alat seadannya untuk mengolah makanannya. Namun, semuanya pun berubah dimakan waktu.
Dalam hubungannya dengan energi, teknologi juga ikut berperan membantu kebutuhan manusia. Misalnya saja listrik, alat-alat yang digunakan sudah sangat modern. Manusia tinggal mengontrol dan teknologi lah yang akan melakukannya.

E.     Tingkat Ketersediaan Energi dan Pangan

Menurut data produksi, cadangan, impor dan ekspor pangan tahun 2000 diperoleh gambaran bahwa tingkat ketersediaan energi sebesar 2.992 kilo kalori per hari untuk konsumsi per kapita. Ketersediaan ini telah melebihi rekomendasi tingkat kecukupan konsumsi per kapita yakni sebesar 2.500. Begitu pula tingkat ketersediaan protein untuk konsumsi per kapita pada tahun 2000 sebesar 80,0 gram melebihi rekomendasi kecukupan konsumsi protein sebesar 55 gram per hari.
Informasi tersebut, kata Kepala Humas Institut Pertanian Bogor (IPB) drh Agus Lelana, SpMp, MSi di Bogor, Senin, diungkap Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Dr Ir Achmad Suryana dalam seminar "Evaluasi Kebijakan Pangan dan Kemiskinan" di Auditorium Thoyyib Hadiwijaya, Fakultas Pertanian Kampus Darmaga, beberapa waktu lalu. Ia mengatakan, kelebihan ketersediaan energi Indonesia sebagian besar berasal dari padi-padian (67,2%) diikuti umbi-umbian (8,7%), biji berminyak (8,0%) dan minyak serta lemak (6,2%). Sementara sebagian besar ketersediaan protein dihasilkan dari bahan tanaman (86,98%), di mana protein hewan hanya berkontribusi sebesar 13,1%.
Menurut Achmad Suryana, walaupun secara makro ketersediaan pangan telah memenuhi standar kecukupan, namun ini tak mencerminkan konsumsi pangan per kapita secara mikro.
"Berdasarkan Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2002, tingkat konsumsi energi per kapita baru sekitar 1.986 kilo kalori/kapita/hari, sedangkan konsumsi protein mencapai 54,42 gram/kapita/hari," katanya. Kondisi tersebut, kata dia, mengindikasikan komposisi gizi masih belum seimbang dan masih didominasi oleh bahan pangan nabati. Ia mengemukakan, kerawanan pangan berkorelasi positif dengan kemiskinan. "Pada tahun 2004 angka kemiskinan Indonesia mencapai 16,6%," katanya. Ironisnya, sekitar 55% dari total penduduk miskin didominasi petani, di mana kemampuan mereka dalam mengakses pangan sangat menurun manakala terjadi kenaikan harga akibat penurunan pasokan.
Terkait kemampuan akses pangan tersebut, kata dia, sejak tahun 1998 pemerintah telah mengulirkan program beras untuk orang miskin (Raskin). Mayoritas masyarakat miskin membelanjakan 70% pendapatannya untuk membeli beras. Sayangnya, kata Kepala Pusat Jasa Logistik, Badan Urusan Logistik, Ir Tito Pranolo, MBA, program tersebut mengalami beberapa kendala. "Problematika yang dihadapi Raskin antara lain salah sasaran, tidak tepat jumlah beras yang diterima, harganya lebih dari Rp1.000/Kg, kelambatan adminsitrasi dan pembayaran serta komunikasi dan sosialisasi," katanya. Kondisi itu, memerlukan adanya dilakukan efektivitas kebijakan beras bagi golongan miskin.
Sementara itu, untuk mengatasi dampak kebijakan impor beras bagi ketahanan pangan nasional maupun rumah tangga, Dekan Fakultas Ekonomi Manajemen IPB, Prof Dr Bunasor Salim mengusulkan lima jalan keluar. Pemecahan masalah tersebut diantaranya peningkatan daya saing produk pangan domestik di pasar internasional, mempercepat program diversifikasi pangan dan meningkatkan program konsumsi pangan bergizi bagi masyarakat, meningkatkan pembangunan ekonomi di pedesaan, serta peningkatan efesiensi dengan rendemen beras dan produktivitasnya.
Selain itu, diperlukan kebijakan makro yang berpihak kepada pertanian khususnya tanaman pangan. Kebijakan itu, menurut Bunasor, memuat peningkatan pengeluaran untuk sektor pertanian, kualitas dan standarisasi, segmen beras lokal yang berkualitas tinggi, suku bunga kredit murah, upaya proteksi dan promosi serta pemberian subsidi produksi melalui "skim green box" (kotak hijau) atau "yellow box" (kotak kuning).

1.      Ketersediaan Pangan:
Indonesia secara umum tidak memiliki masalah terhadap ketersediaan pangan. Indonesia memproduksi sekitar 31 juta ton beras setiap tahunnya dan mengkonsumsi sedikit diatas tingkat produksi tersebut; dimana impor umumnya kurang dari 7% konsumsi. Lebih jauh jaringan distribusi swasta yang berjalan secara effisien turut memperkuat ketahanan pangan di seluruh Indonesia. Beberapa kebijakan kunci yang memiliki pengaruh terhadap ketersediaan pangan meliputi:
· Larangan impor beras
· Upaya Kementerian Pertanian untuk mendorong produksi pangan
· Pengaturan BULOG mengenai ketersediaan stok beras

2.      Keterjangkauan Pangan.
Elemen terpenting dari kebijakan ketahanan pangan ialah adanya jaminan bagi kaum miskin untuk menjangkau sumber makanan yang mencukupi. Cara terbaik yang harus diambil untuk mencapai tujuan ini ialah dengan memperluas strategi pertumbuhan ekonomi, khususnya pertumbuhan yang memberikan manfaat bagi kaum miskin. Kebijakan ini dapat didukung melalui program bantuan langsung.

F.      Mengkaji Kemungkinan Dipisahkannya Badan Ketahanan Pangan Nasional dari Kementrian Pertanian

Kebijakan ketahanan pangan nasional membutuhkan keseimbangan yang tepat antara keinginan konsumen dan produsen. Dewan Ketahanan Pangan Nasional, yang diketuai oleh Presiden, didukung penuh oleh Badan Ketahanan Pangan Nasional dibawah Menteri Pertanian. Meski sejauh ini dewan tersebut menunjukkan kinerja yang cukup baik, susunan struktur seperti ini dapat menghadapi sejumlah kesulitan dimana Kementrian Pertanian pada dasarnya akan cenderung lebih menanggapi kemauan petani ketimbang keinginan konsumen pangan. MPR telah mempertimbangkan kemungkinan tersebut dan, melalui Keputusan MPR No 8/2003, menginstruksikan presiden untuk mengkaji kemungkinan BKP dijadikan sebagai lembaga yang terpisah dari Kementrian Pertanian. Permintaan MPR tersebut membutuhkan tanggapan yang yang cukup serius. Jika pemindahan itu memang harus dilakukan, hal tersebut harus direncanakan secara matang, mengingat telah terjadi sejumlah perubahan susunan institusi ketahanan pangan dan koordinasi antar lembaga di tahuntahun belakangan ini. Yang terpenting dalam hal ini ialah perubahan tersebut tidak menghilangkan kapasitas institusi yang telah ada sebagai akibat perencanaan yang tidak matang.

G.    Meningkatkan Efektivitas Ketahanan Pangan

Selama ini banyak sekali kegiatan program yang dikembangkan baik yang dilakukan pemerintah maupun LSM masih didekati secara sektoral. Masing-masing pengelola program hanya lebih berfokus pada program yang ditanganinya tanpa mau tahu keterkaitan dengan sektor lainnya dan lebih sering mengenakan kaca mata kuda.
Kita lihat misalnya program kesehatan, hanya melulu memperhatikan pada aspek kesehatan seperti kebersihan, mengkonsumsi makanan yang bergizi, mencuci tangan sebelum makan, posyandu dll. Padahal kita tahu derajat kesehatan di masyarakat juga sangat bergantung pada ketersediaan makanan yang beragam dan mencukupi baik dari sisi jumlah maupun kandungan gizinya, ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan MCK dan memasak dll. Sangat disayangkan jika anak-anak diajari pentingnya mencuci tangan sebelum makan atau buang air di MCK namun sementara air bersih masih sulit didapatkan karena sumber air yang terbatas akibat rusaknya lingkungan mata air dll.
Dari contoh sederhana diatas sudah selayaknya kita hentikan cara pandang dan pendekatan sektoral, dan kita sempurnakan dengan pendekatan integral/holistik.

Ramah lingkungan
Berbicara penghidupan yang berkelanjutan, manusia tidak dapat melepaskan diri dari keterkaitannya dengan lingkungan sekitarnya. Semakin baik pemahaman masyarakat akan arti pentingnya melestarikan luingkungan, akan semakin terjaga pula lingkungan yang akan mendukung kehidupan masyarakat. Ada hubungan timbal balik yang sering dilupakan oleh masyarakat, dan masih banyak yang belum memahami dan menyadari akan arti penting melestarikan lingkungan. Kita semua tahu untuk berlanjutnya sebuah kehidupan maka yang sangat diperlukan antara lain air, energi dan pangan. Tidak ada kehidupan yang mampu bertahan tanpa air bahkan tubuh manusia sekitar 90 % merupakan air, demikian pula dengan ketersedian pangan sangat bergantung pada air. Energi terbarukan seperti kayu api juga sangat bergantung pengadaannya pada ketersediaan air.
Dengan demikian yang harus menjadi fokus utama dan pertama dari program pemberdayaan masyarakat adalah bagaimana mengelola air dalam pengertian bagaimana kita menjaga dan meningkatkan ketersediaan air melalui kegiatan menjaga kelestarian hutan, memanen air melalui teknologi tepat guna dan ramah lingkungan, memanfaatkan air secara hemat dan bijak, melakukan konservasi tanah dan air (KTA) serta menyesuaikan tanaman yang akan kita usahakan dengan kondisi lingkungan yang ada disekitar kita.
Pendekatan berbasis lingkungan, mau tidak mau tidak bisa lepas dari pemahaman tentang DAS (Daerah Aliran Sungai) yang dapat bersifat lintas daerah administrasi. Ego kabupaten tidak lagi dapat dibenarkan karena penanganan DAS dapat secara lintas kabupaten, bahkan propinsi. Apalagi jika dikaitkan dengan pemanasan global dan perubahan iklim, maka gerakan cinta lingkungan tidak lagi dapat ditawar dan menjadi keharusan sebagai sebuah gerakan, dimana kita yang berdiam di bumi sebagai rumah yang satu mau tidak mau atau suka tidak suka harus punya kesadaran dan aksi bersama dalam menjaga bumi dari kepunahan karena ketidak pedulian warga bumi.
Hutan dan masa depan
Seringkali ketika masih dalam kondisi baik, keberadaan hutan sering diabaikan padahal kita tahu fungsi hutan sangat banyak antara lain mengatur daur hidrologi sehingga tidak terjadi banjir ketika musim penghujan, maupun longsor dan tidak terjadi kekeringan pada saat musim kemarau, mengurangi polusi udara, menjadi sumber plasma nuftah, sumber berbagai makanan lokal seperti umbi-umbian, sumber kayu untuk bahan bangunan maupun kayu bakar, sumber madu hutan, habitat satwa liar dll. Kesadaran akan arti penting dan strategis hutan perlu terus menerus dibangun dalam masyarakat sehingga demi penghidupan berkelanjutan generasi sekarang dan seterusnya maka tindakan merusak hutan menjadi tabu dan diharamkan, dianggap tidak bermoral meski itu semua dapat dilakukan karena alasan tekanan ekonomi apalagi yang hanya didasari oleh sikap rakus dan tak mau peduli dengan kesengsaraan yang diakibatkannya.
Kita dapat belajar dari saudara kita yang berasal dari Bali dengan keyakinan Hindu selalu saja merawat lingkungan termasuk melestarikan pohon-pohon besar disekitar pura dan bagaimana warga Bali sangat menjunjung tinggi kelestarian lingkungannya dimanapun mereka berada.
Kita dapat belajar dari suku Tengger, juga suku Badui tentang penghormatan mereka pada alam semesta dan tidak menjadikan hutan sebagai komoditi ekonomi saja tetapi juga terkait dengan keberlanjutan hidup warga diseputar hutan. Beberapa kebiasaan budaya di berbagai tempat juga diharapkan mampu menjadikan budaya sebagai benteng terakhir untuk tidak merusak hutan maupun alam semesta.
Alangkah indahnya hidup ini jika keberadaan dan kelestarian hutan dapat menjadi solusi dari krisis air, krisis pangan dan juga krisis energi. Hutan menjadi sandaran dan tumpuan kehidupan baik dari sisi budaya, kesehatan maupun ekonomi tanpa menjadikan hutan sebagai tempat penjarahan. Kita harus selalu diingatkan akan pentingnya melestarikan hutan yang tidak lain berarti melestarikan kehidupan secara keseluruhan.
Selain menjaga hutan, kita dapat meniru keberadaan hutan dan menerapkannnya dalam mengelola kebun yang kita miliki yang kita kenal dengan istilah hutan keluarga. Kita dapat melakukan diversifikasi atau penganekaragaman tanaman maupun ternak dengan meniru fungsi hutan sehingga kita dapat memenuhi kebutuhan hidup tanpa harus merusak hutan yang ada disekeliling kita. Maka dengan demikian hutan tetap lestari, namun rakyat sejahtera.
Pendekatan holistik
Mari kita tinggalkan pendekatan sektoral yang sudah terbukti tidak mampu menyelesaikan krisis multi dimensi. Kita harus memulai langkah pemberdayaan melalui penyadaran akan pentingnya melakukan pelestarian lingkungan. Kita didik sejak mulai dini anak-anak sebagai generasi penerus untuk selalu merawat dan meruwat bumi dengan jalan melestarikan nilai-nilai budaya yang menjunjung tinggi terhadap kelestarian lingkungan. Anak-anak tidak diajar serakah dengan melakukan pembalakan hutan (meski tidak liar) dan menjual kayunya, tetapi diajarkan bagaimana mengelola hutan secara lestari namun kehidupan semakin sejahtera, bagaimana melakukan pembibitan tanaman hutan secara swadaya dll. Perlu inovasi dan ada sentuhan teknologi ramah lingkungan sehingga hutan terjamah namun tetap terjaga fungsinya seperti misal pengembangan TOGA (Tanaman Obat Keluarga), madu hutan, rotan, mahoni yang hanya diambil bijinya untuk diekstrak menjadi obat, pengembangan ikan air tawar dll. Kita ajak masyarakat untuk menjaga lingkungan agar kita yang tinggal didalamnya tetap sehat, bebas dari polutan, mampu memenuhi kebutuhan hidup secara layak dan yang paling penting kita mewariskan generasi berikut kondisi lingkungan yang lebih menjanjikan dalam meraih hidup yang lebih baik. Pendekatan holistik mengajarkan kepada kita arti penting memanfaatkan potensi dan kearifan lokal, semisal bagaimana kebutuhan akan obat untuk kesehatan dapat terpenuhi dari tanaman TOGA, bagaimana pangan lokal yang dikonsumsi mampu tercukupi baik dari sisi jumlah dan kandungan gizinya, aman dikonsumsi karena bebas dari penggunaan pupuk dan pestisida buatan pabrik yang mencemari lingkungan, kebutuhan akan kayu bakar dapat terpenuhi dari tanaman penguat teras dikebun kita, atau dari penggunaan briket arang yang terbuat dari seresah /mulsa dari hutan dll. Pendekatan holistik juga diharapkan menjamin kerukunan antar warga karena distibusi yang adil dari potensi lokal yang ada, akses yang setara terhadap informasi dan modal dll. Masyarakat diajak untuk berkoperasi dalam meningkatkan perekonomian mereka dalam kebersamaan yang saling menguntungkan, mengurangi biaya sosial secara rasional sehingga adat/budaya tetap lestari sebagai sebuah jati diri namun tidak membebani dan menyebabkan kemiskinan di masyarakat. Dalam pendekatan holistik, pendekatan budaya sebagai roh yang menggerakkan pengembangan masyarakat sangat penting tanpa harus terjebak dalam pesta pora yang memabukkan dan memiskinkan. Dari pengalaman selama ini kita hanya sekedar mengejar pertumbuhan ekonomi dan sering melupakan yang terpenting dalam hidup yakni bagaimana terwujudnya keseimbangan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi disatu sisi dan tetap menjaga kelestarian lingkungan disisi lainnya.
Diharapkan dengan pendekatan holistik melalui titik masuk pelestarian DAS/hulu/hutan , pemberdayaan masyarakat benar-benar terwujud dan tidak menjadikan masyarakat sebagai kelinci percobaan maupun kambing hitam dari pelaksanaan sebuah program.
Keterangan Data Resensi           :
·         Penerbit Erlangga, Kurikulum 1994 Suplemen GBPP 1999
·         www.kapanlagi.com











Judul   :          
“POTENSI ALAM DEMI KETERSEDIAAN ENERGI DAN PANGAN NASIONAL”
Nama                           :
WYLLMARZ PASANGKA
Tanggal Lahir              :
05 JULI 1993
Asal Sekolah               :
SMA Katolik Makale, Tana-Toraja, Jl. Musa, NO 16 Makale, Tana-Toraja, Sulsel.
Nomor HP                   :
085255446593
Alamat Rumah            :
Mengkendek, Tana-Toraja
Email                           :
pasangkawyllmar@yahoo.com
           






               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar