Kamis, 19 Januari 2012

UJIAN NASIONAL SUATU TANTANGAN BAGI KU


                                    UJIAN NASIONAL SUATU TANTANGAN BAGI KU

            Ujian nasional yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kata “ujian nasional” adalah suatu kalimat yang ditakuti oleh para siswa/i baik SMA maupun SMP. Khususnya bagi kelas tiga, mau tak mau harus menghadapi ujian nasional untuk menentukan apakah “LULUS” atau “TIDAK LULUS”. Begitu banyak persiapan yang telah di lakukan oleh para siswa/i, mulai dari giat belajar setiap hari untuk mempelajari semua mata pelajaran yang akan di ujikan di ujian nasional.
            Nah, lewat lomba ini yang bertemakan “Serba-serbi ujian nasional” kali ini, saya akan menceritakan sekelumit dari pengalaman yang pernah saya alami sewaktu menghadapi ujian akhir nasional. Namun, saya akan menceritakan pengalaman menghadapi ujian nasional di jenjang SLTP. Baiklah…
            Tiga bulan sebelum menghadapi ujian nasional, pihak dari sekolah telah mengadakan les sore di mana khusus bagi para kelas IX akan mengulang dan mempelajari kembali beberapa mata pelajaran yang akan di ujikan pada ujian nasional. Kami dari kelas IX merasa senang karena bekal pelajaran yang telah kami pelajari sejak kelas VII sampai IX bisa di ulangi, mengingat begitu banyak mata pelajaran yang sudah di lupa dan susah untuk di mengerti. Setelah bel tanda pulang berbunyi, saya selalu kembali ke rumah untuk makan, mandi, dan mengganti baju. Kebanyakan teman- teman saya tetap tinggal I sekolah karena lokasi dari rumah ke sekolah agak jauh. Syukurlah rumah saya dekat dengan sekolah. Namun saya kadang- kadang malas untuk meresapi dan mempelajari setiap pelajaran yang di ujikan.
            Kadang- kadang, kami berceritera di kelas mengenai ujian nasional yang semakin dekat. Persiapan yang sangat minim membuat kami semakin takut jika kami TIDAK LULUS. Tak ada satu pun siswa/I yang mengingini hal seperti itu. Itu suatu kata yang amat menyedihkan jika terjadi. Tapi kami berusaha untuk bisa meraihnya dan berhasil dalam ujian nasional. Yah, ada teman saya yang pasrah saja, adapula yang sangat ambisius untuk mencapai hal tersebut. Namun, sepertinya ada beban berat di pundak saya apalagi teman- teman, yaitu “Saya harus LULUS”. Ada yang merasa terpacu untuk rajin belajar tapi tak sedikit pula yang malah menjadi takut an minder. Para guru- guru kadang memberi kami nasehat agar tetap belajar. Banyak juga yang membeli buku “Detik- detik ujian nasional” untuk di pelajari karena dalam buku tersebut sudah terangkum semua bahan materi mulai dari kelas VII sampai kelas IX.
            Bukan hanya kami peserta ujian nasional yang khawatir, tapi kekhawatiran seperti ini juga dirasakan oleh guru dan para orang tua. Guru mendapat beban yang tidak ringan karena harus mempertaruhkan reputasi sekolah apabila ada siswa yang tidak lulus. Orang tua pun merasa gundah dan sedih apabila anaknya tidak lulus.  Jika beralih kepada mata pelajaran yang akan di ujikan di UN nanti, saya serta teman- teman  kurang menyukai pelajaran yang menyangkut soal angka- angka. Misalnya saja, Matematika dan Ipa. Jujur, nilai saya selalu standar dalam pelajaran tersebut. Itulah mengapa saya selalu dek- dekan dalam menanti ujian nasional. Pelajaran yang paling aku sukai ialah bahasa English karena materinya hanya sedikit dan saya cepat mencerna pelajaran tersebut.
            Tiga hari sebelum ujian nasional tiba, setiap sore kami dating ke sekolah untuk diberikan pengarahan/nasehat sekaligus penyemangat bagi kami. Pensil 2B, papan komputer, mistar, penghapus, kartu peserta telah saya sediakan dalam menghadapi ujian nasional. Saya selalu berdoa kepada Tuhan semoga diberikan terang cahaya-Nya dalam menjawab soal- soal nanti. Boleh dibilang, persiapan utnuk menghadapi UN sudah matang atau 100%. Saya masih mengingat beberapa pesan guru kepada kami, yaitu :
1.      Jangan gunakan sistem SKS (Sistem Kebut Semalam).
2.      Harus bisa memprediksi karakteristik soal yang akan diujikan.
3.      Ini yang paling penting, siapkan mental
            Hari “H” nya pun tiba. Tim indepen telah mengintau kondisi sekolah. Namun terjadi pelanggaran, hampir setiap siswa mendapatkan selembar kertas kecil yang bertuliskan huruf abjad. A, B, C, D. begitulah tulisannya. Namun kami tidak mempercayainya dan harus tetap pada pendirian. Kami menerimanya saja walaupun kami tidak tahu jawabannya benar atau hanya sekedar tipuan. Hari pertama ujian nasional ialah Bahasa Indonesia. Saya dek- dekan semenjak di dalam ruangan. Ujian pun mulai. Tangan saya gemetar menjawab soal di sertai telapak tangan yang basah. Dalam hatiku berkata, “Mudah- mudahan tidak ada kesalahan dalam mengisi biodata dan menjawab soal”. Saya pun menjawabnya dengan penuh konsentrasi.
            Teng…teng…teng…suara bel pun bunyi, akhirnya saya selesai menjawabnya. Namun ada juga siswa/I yang belum selesai. Kami pun keluar ruangan dan menunggu pembahasan dari para guru. Saya kaget ketika saya di panggil ke ruang panitia, ternyata biodata saya salah. Namun syukurlah, saya bisa memperbaikinya.
            Tak terasa, hari terakhir UN selesai, saya dan teman- teman senang karena bisa melewati hari yang sangat menakutkan bagi kami. Wah…kelegaan pun terasa di setiap wajah siswa/i. tinggal satu pertanyaan lagi, apakah LULUS atau TIDAK LULUS.
            Sebulan kemudian, pengumuman kelulusan pun tiba, kami pun dating dengan penuh kekuatiran. Rasa takut pun mulai tiba apalagi ada isu yang mengatakan ada siswa di sekolah ini tidak lulus. Yah,,,ada yang mempercayainya dan ada pula yang tidak. Jam satu pun tiba, kami mulai mengelilingi lapangan sekolah sambil mendengar secara seksama. Nama kami pun dipanggil satu per satu. Amplop nya pun mulai kami buka dan ternyata saya “LULUS”. Terima kasih Tuhan, kataku dalam hati. Semua peserta ujian di sekolah saya akhirnya lulus 100%. Kami senang dan meluapkan kegembiraan lewat mencoret- coret baju dan segala macam cara yang membuat kami bahagia.
            Saya pun melanjutkan study ku ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMA. Pengalaman UN yang tak pernah akan ku lupakan. Ada pepatah bahasa latin mengatakan “Labor Omnia Vincit” yang artinya “Usaha mengalahkan segala sesuatu”. Terima kasih Tuhan…

                                                            BIODATA
            Hai…nama saya Wyllmarz Pasangka. Tapi nama panggilan rumah saya Willy. Saya lahir di Rantepao tepatnya di Toraja Utara. Umur saya sudah 17 tahun. Saya bersekolah di SMA KATOLIK MAKALE dan sudah kelas XI dan mengambil jurusan IPS. Syukurlah dalam semester I ini, saya meraih peringkat 1 umum se- IPS. Saya anak ketiga dari empat bersaudara. Saya beragama katolik dan tinggal di Mengkendek.
            Sekian dan terima kasih.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar