Minggu, 15 Januari 2012

JANJI PALSU


JANJI PALSU
Janji palsu…
Tak bisa dipercaya
Omonganmu
Tak lain hanya dusta
Janji palsu…
Janjimu tak berharga
Ku tak mau lagi percaya

            Sebuah lirik lagu yang mengandung makna yang sangat mendalam bagi setiap pendengarnya. Ya…beginilah hidup. Hidup yang terlalu banyak kebohongan yang terjadi di negeri ini. Kebohongan itu terjadi baik pejabat pemerintah, masyarakat menengah, maupun masyarakat biasa. Kebohongan pun sungguh merajalela hingga membumi di Negara kita.
            Di Indonesia saja, terjadi banyak penyelewengan kekuasaan sehingga melakukan kebohongan yang dapat merusak martabat suatu bangsa. Harga diri suatu bangsa dipertaruhkan hanya karena pejabat yang senonoh-nonohnya menjalakan pemerintahan di Indonesia. Adanya kebohongan akan menuju “Korupsi”. Contohnya saja kasus tentang Gayus Tambunan yang merugikan Negara. Ia hanya seorang diri namun dampaknya sangatlah mempengaruhi kehidupan masyarakat. Namun, yang saya sesali ialah belum ada penanganan khusus terhadap kasus tersebut. Faktanya, yang terjadi ialah biarlah berlalu hingga dimakan waktu. Itulah pemerintah Indonesia. Siapa yang harus bertanggung jawab atas semua kebohongan yang terjadi di Negara kita? Apakah kita akan saling menyalahkan satu sama lain? Apakah kita sebagai rakyat Indonesia menerima begitu saja perilaku para pejabat yang tidak sewenang-wenangnya dalam memerintah? Hanyalah Tuhan yang tahu semua itu.
            Munculnya keinginan dari berbagai lapisan social dalam mengawal penegakan hokum serta rasa keadilan. Apa yang kemudian harus dipahami adalah bahwa rupanya salah satu tantangan berat yang dihadapi dalam upaya menyangga supremasi hokum di Negeri ini tak lain bersumber pada sulitnya memberantas semua kebohongan yang dapat ditemui pada semua lini kehidupan masyarakat dengan tingkat kualitas kejahatan yang berbeda. Akibatnya, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah serta lembaga birokrasipun kian menipis dan ini dapat dicermati dari tingkah laku warga masyarakat yang seringkali bertindak anarkis dengan cara main hakim sendiri dalam menyelesaikan suatu masalah.
            Sebetulnya, pada prinsipnya hukum harus dirumuskan secara kongkrit untuk membatasi ruang kekuasaan kaum penguasa agar tidak berbuat seenaknya terhadap warga Negara. Namun demikian, pada sisi lain setiap warga negarapun juga selalu dituntut untuk senantiasa taat serta ikut secara aktif memperjuangkan tegaknya supremasi hukum.
            Lewat lomba ini, saya akan menginvestigasi sebuah kenyataan yang berada di daerah saya. Ini merupakan kekesalan akibat kebohongan dari aparat pemerintah setempat. Menurut saya, kebohongan yang dilakukan oleh pihak yang terkait di Tana-toraja. Mengapa sehingga saya mengatakan demikian? Saat pemilu cabup/cawabup di Tana-toraja, begitu banyak janji-janji yang dilontarkan ketika kampanye ke berbagai daerah di Tana-toraja. Semua ini dilakukan agar rakyatnya dapat memilih pasangan cabup/cawabup yang dipercayainya untuk bisa memimpin dengan pengandaian bahwa saat terpilih menjadi bupati/wakil bupati maka semua janji yang diucapkan akan ditepati.
            “Habis Manis, Sepah Dibuang”. Ya…itulah yang sering terjadi di negeri ini. Setelah menjadi seorang pemimpin maka terabaikanlah semua janji-janjinya. Semua ini hanyalah “JANJI PALSU”. Para pemimpin seakan-akan melupakan semua janjinya dan menikmati semua apa yang dimilikinya. Para pemimpin semakin kaya sedangkan kami (rakayat biasa) menjadi sengsara.
            Sebuah masalah yang memicu adanya suatu konflik. Dulu, saat pemilu cabup/cawabup di Tana-toraja, banyak yang berlomba-lomba berpidato melontarkan semua janjinya di depan rakyatnya sendiri. Salah satu janji dari yang diucapkan para cabup/cawabup ialah “Jika saya terpilih menjadi bupati/wakil bupati, maka saya akan memperbaiki jalan yang yang rusak di berbagai daerah di Tana toraja”. Faktanya, semua itu hanyalah janji palsu.
            Ketika telah terpilih, maka terabaikan semua janji-janjinya. Kerusakan jalan diberbagai kampung di Tana toraja semakin memprihatinkan. Saat hujan berguyur, jalan menjadi berlumpur. Sebaliknya saat kemarau berdebu. Instansi terkait belum juga turun. Padahal daerah Tana toraja dikenal sebagai daerah pariwisata kedua setelah Bali.
            Namun, jika melewati jalan yang rusak seperti itu, para pengendara motor dan pengemudi mobil harus ekstra hati-hati. Sudah banyak korban kecelakaan lalu lintas di sini. Bahkan sudah ada korban meninggal. Pemerintah belum memberikan perhatian khusus terhadap daerah ini. Kondisi jalan tersebut sangat tidak mendukung aktivitas, perekonomian masyarakat pun tidak lancar.
            Semuanya hanyalah janji palsu.
            Demikianlah artikel saya mengenai “JANJI PALSU”. Semoga kita bisa memberikan pendapat yang membangun demi kemajuan suatu daerah maupun Negara. Sekian dan terima kasih.


Statement of Authorship

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa karya terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Karya ini tidak/belum pernah diikutsertakan/memenangkan kompetisi/perlombaan lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya menyatakan dengan jelas melakukannya.

Saya memahami bahwa karya yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”

Nama                     : Wyllmarz Pasangka




Tidak ada komentar:

Posting Komentar